JitsuImo Volume 1 Prolog Bahasa Indonesia

TL : Kazue Kurosaki (かずえ 黒崎)
ED : Iwo
——————————————————
Prolog
Suatu malam pada akhir liburan musim panas, aku sedang berada di tempat tidur dengan panas tubuh dan berat badan di punggungku.
"Akira, sudah waktunya bagimu untuk melepaskan diri padaku. Ini sudah semakin berat buatku."
"Tetap seperti ini saja sebentar lagi~ Oh, Kakak, jangan tiba-tiba sekali mengguncangku! Aku kehilangan kendali!"
"Haa~, aku minta maaf kalau begitu..."
Suara dari sebuah permainan sosial telah mendengung di atas kepalaku untuk sementara waktu saat ini.
Aku, Ryota Majima, seorang siswa kelas sebelas SMA, sedang membaringkan wajahku ke ranjangku sambil membaca manga.
Di atasku, ada yang terpuruk dan menikmati ini sambil bermain permainan sosial, itu Akira, yang masih duduk di bangku kelas sepuluh SMA.
Mengapa aku terhimpit di antara Akira dan tempat tidurku?
Menurutnya, "Karena punggung kakaku itu sahabatku."
Dari awal, kedekatan ini tampak agak tidak wajar untuk seorang pelajar SMA. Malahan, ini agak canggung, aku mencoba untuk berpura-pura kalau ini tidak canggung, tetapi tetap saja, yang namanya canggung ya tetap canggung.
Ketika aku selalu bertanya, "Berapa lama lagi?", sehingga, Akira menjawab dengan, "Sekitar lima menit lagi?" Sekarang ini sudah berlangsung selama lebih dari dua puluh menit.
"Oh tidak~, aku kalah lagi..."
"Kalau begitu lepaskan dirimu dariku."
"Aku tidak mau, aku akan mencoba lagi."
"Akira, aku sudah tidak kuat lagi–"
"Hei, Kakak. Wah!"
Karena percobaanku yang tiba-tiba untuk mengangkat bagian atas tubuhku dengan kedua lenganku, Akira kehilangan keseimbangannya dan terjatuh.
Tubuh Akira yang ringan sedikit terpental di atas tempat tidur.
"Ah, salahku!"
"Mou~! Jangan tiba-tiba bangun~!"
"Maafkan aku, sungguh..."
"Jika kamu sungguh-sungguh ingin minta maaf... Maukah kamu tidur bersamaku malam ini?"
"Mengapa aku harus melakukannya?"
"Tidak apa-apa kan kalau kita tidur bersama-sama? Aku dari dulu ingin sekali tidur bersama saudaraku."
"Tidak, tidak, itu tidak bagus... Itu bukan ide yang bagus untuk tidur bersama saudaramu di usiamu yang sudah segini..."
Lalu Akira menatapku dengan tampang nakal di wajahnya.
"...kakak, kamu itu telah melakukan banyak hal untukku, iya kan? Tidak bisakah kakak setidaknya menuruti satu permintaanku?"
"Tidak, Aku benar-benar minta maaf... Tetapi, aku tidak bisa tidur..."
"...Hanya bercanda~. Aku telah mengatakan hal yang licik. Maafkan aku atas hal itu, kakak, aku tidak bermaksud untuk membuatmu malu, oke?"
Aku merasa lega setelah mendengar kalau itu cuma bercanda, tetapi cuma dalam waktu yang singkat sebelum Akira merangkak ke futonku.
"Oh iya, kalau begitu, selamat tidur~..."
"Hei, Akira."
"Munyamunya~..."
"Jangan tidur di futonku~..."
Aku benar-benar berharap kalau dia itu adik laki-lakiki.
Aku harap kalau dia itu adik laki-lakiku.
Kalau saja dia itu adik laki-lakiku, aku akan dapat meletakkannya di punggungku dan bermain permainan sosial bersamanya.
Kalau saja dia itu adik laki-lakiku, aku yakin kalau aku tidak akan khawatir untuk mengguncangnya untuk lepas dari punggungku.
Kalau saja dia itu benar-benar adik laki-lakiku.... Aku mungkin saja akan tidur bersamanya.
Saat aku menatap Akira, yang masih berpura-pura tertidur, aku mencoba untuk mengganti pembukaannya dari "Kalau saja dia itu adik laki-lakiku," ke "Karena dia itu adik perempuanku."
Kalau saja hasil dari kalimat yang mengiringinya itu sama, tidak akan ada masalah. Tetapi hasilnya itu benar-benar berbeda karena aku tidak menganggap Akira sebagai adik laki-lakiku lagi, atau bahkan seseorang dari sesama jenis.
Sampai beberapa hari yang lalu, aku telah memperlakukan Akira dengan suatu kesalahpahaman yang tidak bisa dimaafkan bahkan kalau itu cuma bercanda.
Bagaimana bisa aku sampai melakukan sebuah kesalahan fatal itu sejak awal?
Dan akan seperti apa reaksinya kalau aku memberi tahu seseorang tentang hal ini?
–Kalau saja aku memberi tahu seseorang kalau Akira, yang aku kira dia itu adik tiri laki-lakiku, itu ternyata adik tiri perempuanku, mereka mungkin juga akan meledekku atau akan terkejut.
Aku tahu aku mungkin akan ditertawakan, atau aku mungkin akan dikejutkan.
Apa yang ingin aku tahu itu akan seperti apa reaksi mereka nantinya. Apa yang akan orang-orang di sekitarku dan Akira pikirkan tentang kami?
Tidak, lebih dari orang-orang di sekitar kami, yang penting sekarang itu hubungan di antara aku dan Akira.
Harus bagaimana aku memperlakukan adik tiri perempuan yang tidak berdaya ini, yang dekat padaku sedekat seorang adik laki-lakiku.
Sebagai kakaknya Akira, aku telah khawatir tentang hal itu selama beberapa hari terakhir.
Ngomong-ngomong, Akira.
Kamu itu bukan adik tiri laki-lakiku.
Kamu itu adik tiri perempuanku.
Kamu itu seorang gadis.
Hanya saja kamu itu terlalu imut.
Bagaimanapun, itu mengganggu.
Komentar