I Lost Everthing Prolog

Prolog
Aula-aula bergema dengan kekosongan yang menghantui, satu-satunya suara gemerisik kertas samar yang tersebar di lantai. Seperti yang diharapkan dari sebuah bangunan yang dijadwalkan untuk dibongkar, ada keheningan menakutkan yang menggantung berat di udara, menimbulkan bayangan di setiap sudut.
Dengan berat hati, aku membuat jalanku menaiki tangga, setiap langkah pengingat khidmat kehidupan yang pernah berkembang di dalam dinding ini.
Angin berbisik melalui jendela-jendela yang pecah, membuat tulang punggungku merinding saat menyapu wajahku, membawa gema masa lalu yang terlupakan.
Mencapai lantai atas, aku berhenti sejenak, pandanganku tertuju ke tepi di mana cakrawala kota terbentang di depanku, labirin bangunan yang menjulang tinggi dan lampu yang jauh.
“....”
Kekosongan atap yang ditinggalkan mencerminkan rasa sakit yang berlubang di dalam dadaku, sebuah bukti diam-diam akan kesepian yang menguasaiku.
Saat aku perlahan-lahan berjalan menuju tepi, angin mencambuk pakaianku, menarik-narikku seolah mendesakku untuk melepaskannya, untuk menyerah pada kehampaan yang memberi isyarat di bawah.
Dengan setiap langkah, jurang menguap lebih lebar, menelanku utuh saat aku tertatih-tatih di tepi terlupakan.
“Tidak ada yang tersisa untukku... Segala sesuatu yang kumiliki diambil dariku. Apa yang telah aku lakukan sehingga pantas mendapatkan ini?”
Kata-kata itu keluar dari bibirku dalam ratapan yang berbisik, tetapi dalam kekosongan yang luas dari atap yang ditinggalkan, kata-kata itu hilang karena kehampaan.
Tentu saja, tidak ada yang bisa mendengarnya. Namun jauh di lubuk hati, sebagian dari diriku mendambakan seseorang, siapa pun, untuk mengakui betapa dalamnya penderitaanku.
Saat aku berdiri di tepi, cakrawala kota terbentang di hadapanku seperti jurang yang gelap, ujung-ujungnya yang bergerigi memotong ke cakrawala.
Angin melolong, membawa serta bisikan jiwa-jiwa yang terlupakan, mendesakku untuk menyerah pada jurang yang memberi isyarat di bawah.
Dengan hati yang berat dan jiwa yang letih, aku menyerah pada jurang, membiarkannya menyelimutiku dalam pelukannya yang dingin. Untuk sesaat, semuanya hening, semuanya hening, saat aku membiarkan diriku jatuh ke dalam jurang.
Tapi di tengah kegelapan, di tengah kekacauan keberadaanku yang hancur, aku menemukan rasa damai yang aneh. Seolah-olah aku akhirnya melepaskan beban yang telah membebaniku begitu lama, melepaskannya ke dalam pelupaan yang menunggu di bawah.
~ "(Ini adalah Konten Terjemahan dari kazuxnovel.my.id)" ~
Pada saat penyerahan diri itu, aku merasakan rasa lega yang mendalam menyelimutiku, menghilangkan rasa sakit dan kesedihan yang telah menguasaiku.
Seolah-olah aku akhirnya menemukan pelipur lara yang telah menghindariku begitu lama, tempat perlindungan yang tenang di tengah kekacauan pikiranku yang bermasalah.
Saat aku menyerah pada kehampaan, aku menutup mataku dan membiarkan diriku melayang, melepaskan semua yang telah menahanku. Dan pada saat terakhir itu, aku menemukan rasa kebebasan yang aneh, mengetahui bahwa aku akhirnya menemukan kedamaian pada akhirnya.
Komentar