Imoutou Volume 1 Chapter 3 Bahasa Indonesia
TL : Kazue Kurosaki
ED : Rion
——————————————————
Chapter 3 : Kakak dan adik pergi ke hotel cinta
Hari itu, untuk pertama kalinya setelah sekian lama, aku pergi bersama Kukuri untuk menemaninya datang ke konser idol favoritnya.
Sejak saat masih SMP, entah aku atau orangtuaku selalu mendampinginya.
Belakangan ini, jika konsernya cukup dekat, dia pergi sendiri atau bahkan pergi dengan teman yang baik seperti yang terjadi sebelumnya. Namun, karena hari ini lokasinya cukup jauh, jadi akulah yang mendampingi.
"Konsernya luar biasa... Lagu-lagunya masih terngiang di kepalaku... Kurasa, aku perlu bekerja lagi di tempat Paman setelah ini..."
Selama ini, Kururi telah bekerja keras di pertanian keluarga untuk mengumpulkan uang saku khusus untuk hari ini. Memikirkan upaya gigih yang dia lakukan dalam kubangan tanah, membuatku benar-benar merasa ingin mendukungnya.
Setelah kami keluar dari tempat konser, hujan deras turun.
Karena hujan yang tidak terduga, kami menunggu sebentar agar hujan reda, tetapi akhirnya kami tetap harus pergi ke stasiun meskipun harus basah kuyup karena takut tertinggal jadwal kereta.
Namun, setelah akhirnya sampai di stasiun, ada pengumuman tentang penundaan layanan kereta akibat gangguan teknis.
Kereta tampaknya belum akan bergerak dalam waktu yang lama. Karena semakin cemas, Kururi dan aku memutuskan untuk membeli payung di minimarket di dalam stasiun dan pergi meninggalkan stasiun.
Kami segera berjalan menuju stasiun yang berjarak tiga kali lebih jauh dari stasiun sebelumnya.
Stasiun itu dinyatakan masih beroperasi, meskipun kami tetap saja khawatir akan melewatkan kereta terakhir.
"Sudahlah... meskipun jauh, mungkin kita bisa minta ayah atau ibu untuk menjemput kita."
"Eh, Papa bekerja malam hari hari ini, tahu kan?"
"Ibu...?"
"Dia punya tenggat waktu yang harus dikerjakan. Kalau kita panggil, dia bisa lupa menurunkan naskahnya."
Meskipun biaya taksi pada larut malam pasti sangat mahal, kami merasa tidak punya pilihan. Disaat aku memikirkan hal itu, Kururi dengan suara penuh penyesalan berkata: "Kou-chan, aku lelah. Aku ingin mandi dan tidur. Aku ingin tidur..."
Kururi melihat sekitar dengan cemas dan menunjuk ke arah bangunan di dekatnya.
"Oh... kita bisa tinggal di sana!"
"Di sana?"
"Yeah! Daripada naik taksi dalam keadaan basah kuyup, kita bisa tidur di tempat tidur yang nyaman. Itu ide bagus!"
Di ujung jari Kururi, ada sebuah bangunan yang tampak seperti istana gaya Barat.
"Eh, itu… Itu hotel cinta, tahu!"
"Aku tahu. Tapi, karena kita saudara, jadi tidak masalah, kan?"
"Bahkan dengan semua itu, ini tetap bukanlah tempat yang biasa kamu datangi sebagai saudara!"
"Sebaliknya, dengan siapa aku harus pergi sekarang selain dengan Kou-chan? Jika adikmu ingin mencoba hotel seperti ini, dengan seorang kakak adalah satu-satunya pilihan yang paling aman, bukan?"
Meskipun itu mungkin bukan satu-satunya pilihan, aku mengerti apa yang dia maksud. Ketika seseorang ingin mencoba hanya untuk penasaran, memiliki seseorang yang bisa dipercaya adalah langkah yang lebih tepat.
"Selain itu, biasanya keluarga pergi menginap di penginapan atau hotel bersama-sama, dan kita selalu tidur dan bangun di rumah yang sama, jadi sebenarnya tidak masalah."
"Be... begitu ya."
Mungkin memang begitu.
Kami adalah saudara, jadi tidak akan terjadi apa pun meskipun kami menginap di hotel seperti itu. Itu cukup masuk akal.
Aku mungkin terlalu berlebihan karena mengetahui bahwa kami bukan saudara kandung. Mungkin karena malu dengan sikapku sendiri, aku terus-menerus berpikir begitu.
"Aku belum pernah ke sana, jadi aku ingin mencobanya!"
"Itu bukan tempat yang begitu menarik, kok..."
"Jangan-jangan... kamu sudah pernah ke sana, Kou-chan?"
"Tentu saja tidak! Selain itu, orang di bawah usia delapan belas tahun atau pelajar dilarang masuk ke tempat seperti itu... Jika ingin menginap, seharusnya mencari tempat seperti hotel bisnis..."
Saat aku sedang berbicara panjang lebar, Kururi bersin kecil.
"Kou-chan, baju basah mengambil panas tubuhku... Aku merasa kedinginan... mungkin jika kita terus berlama-lama mungkin aku akan sakit..."
Kururi bersin dua kali berturut-turut.
"Hahh, baiklah.. mari kita pergi!"
Sementara aku merasa bersalah karena melanggar peraturan, Kururi terlihat sangat antusias tentang menginap di hotel cinta.
.
.
Disaat Kururi menekan tombol kamar yang dia pilih di panel, kuncipun keluar.
Kururi bersorak kecil, dan aku dengan ekspresi pahit mengambil kuncinya.
Ketika kami hendak masuk ke lift, kami melihat sepasang pria dan wanita lainnya yang lebih dulu masuk.
Aku menahan bahu Kururi yang hendak masuk, menghentikannya.
"Hm? Apa yang terjadi, Kou-chan?"
"Di hotel seperti ini, kita tidak boleh masuk lift bersama-sama. Itu adalah etiket untuk menjaga jarak dengan tamu lain."
"Eh, benarkah? Bagaimana kamu tahu hal seperti itu?"
"Aku mencari tahu di ponsel sekarang. Kapanpun kita datang ke suatu tempat, kita harus selalu mengikuti aturan dan etiket tempat itu."
"Wah, kesungguhan yang sia-sia..."
Saat pintu lift hampir tertutup, kami melihat pasangan pria dan wanita yang ada di dalam melakukan ciuman panas.
"Kou-chan... apakah mereka akan melakukan hal-hal mesum setelahnya?"
"Sebenarnya, tempat seperti ini memang ditujukan untuk itu..."
Tidak sulit untuk membayangkan bahwa hal yang serupa terjadi di hampir setiap kamar. Mungkin karena kami berada di tempat seperti ini, Kururi menjadi sedikit merah.
Aku yang baru-baru ini mulai melupakan fakta bahwa kami bukan saudara kandung, kembali mengingatnya. Kami bukan saudara kandung, dan perasaan asing yang muncul akibatnya adalah hal yang paling tidak aku inginkan saat ini.
Hatiku berdebar-debar.
Ketika kami masuk ke dalam kamar, Kururi mulai menjelajahi ruangan dengan rasa ingin tahu.
"Wow, Kou-chan, lihat ini! Vending machine untuk pakaian dalam seksi! Ayo beli sebagai kenang-kenangan!"
"Jangan membelinya! Itu hanya pemborosan uang!"
"Wah, Kou-chan! Kondom! Ini gratis, kan? Boleh aku membukanya?"
"Jangan bercanda, masuklah ke kamar mandi. Kamu akan sakit kalau tidak segera mandi."
"Baiklah...."
Ketika Kururi yang riuh itu pergi, aku menggosok-gosok dahi dan menghela napas beberapa kali.
Aku memberi tahu ibu tentang situasi kami, lalu mencoba melakukan push-up untuk meredakan perasaan canggung.
Disaat Kururi keluar dari kamar mandi, dia mengenakan jubah mandi karena pakaiannya basah. Penampilannya yang tidak biasa membuatnya terlihat lebih dewasa dari biasanya.
Dalam sejenak, kebingungan muncul dalam hatiku.
Dia adalah adikku.
Aku hanya memeriksa kenyataan yang jelas dalam dua detik dan segera masuk ke kamar mandi, mengambil shower.
Setelah aku kembali, Kururi sudah berada di atas tempat tidur.
Aku merasa enggan untuk berbagi tempat tidur yang sama, jadi aku duduk di kursi berwarna mencolok yang berada di sudut kamar, jauh dari tempat tidur.
Kursi itu memiliki tampilan aneh dengan rantai dan belenggu, dan terasa sangat tidak nyaman.
"Ko-chan, kenapa kamu terlalu tegang?"
"Apa? Aku tidak akan tegang hanya karena pergi bersama seorang adik!"
"Apa? Apa yang kamu bicarakan? Jangan gugup tentang pergi ke hotel cinta. Aku di sini juga kan?"
"............"
"Aku merasa aman di tempat baru selama kamu bersamaku, Kou-chan."
Saat aku melihat Kururi tersenyum cerah, aku kembali ke mode 'perlindungan' yang tiba-tiba muncul.
Kururi tidak khawatir sama sekali. Dia hanya ingin menyampaikan bahwa dia tidak khawatir karena aku ada di sini, dalam situasi ini.
Mungkin aku terlalu panik karena situasi yang tiba-tiba terjadi. Ya, dia adalah adik yang harus aku cintai dan lindungi, meskipun kami bukan saudara kandung.
"Kou-chan, lihat ini! Apa ini?"
Kururi mengambil objek berbentuk mirip mikrofon besar yang ada di meja dekat tempat tidur, dan dia mulai menyanyikan lagu yang dia dengar di konser tadi.
Meskipun nada suaranya tidak pas, itu membuatnya terlihat lebih manis.
"Apa itu...? Ada kabelnya juga, itu mesin pijat... mungkin?"
"Eh, mungkin memang ditempatkan di sini karena tubuh bisa terasa pegal setelah berolahraga. Ayo, aku akan mencobanya. Kou-chan, berbaringlah di sana."
"Tidak, aku baik-baik saja."
"Ayo, ayo~" kata Kururi sembari menarik tubuhku dan membuatku berbaring telungkup di tempat tidur.
Tiba-tiba, tempat tidur berderak kecil ketika Kururi naik di atas punggungku. Kururi tampaknya telah menghidupkan mesin itu, dan aku merasa ada stimulasi listrik di punggungku.
Padahal, bahu dan punggungku tidak merasa tegang, jadi ini terasa seperti stimulasi yang tidak perlu.
Aku merenungkan mengapa aku melakukan hal ini di tempat seperti ini... Namun, ketika aku mulai merasa lega, Kururi berkata,
"Kou-chan, izinkan aku mencobanya juga."
"Apa...!?"
"Ya, tenang saja, ini hanya mesin pijat, bukan?"
Itu benar. Tidak ada alasan untuk memiliki ketidaknyamanan etika saat menggunakan mesin pijat di bahu atau punggung seseorang... tetapi mengapa aku merasa ada sedikit ketidaknyamanan etis mengingat tempatnya?
Ketika Kururi berbaring telungkup dan memintaku, dia menggelengkan kepala ke arahku dan menghentakkan kaki kakinya serta berkata, "Ayo, cepat~"
Sambil berlutut di atas tubuh Kururi, aku menyalakan mesin pijat dengan suara ringan. Saat aku menekan permukaan bulatnya ke punggung Kururi, dia merasa terkejut oleh sensasi yang tiba-tiba.
"Ha...ah..." desah Kururi. Seketika itu juga, perasaan bersalah yang tidak bisa dijelaskan menyerangku.
Tidak, aku tidak melakukan apa-apa yang aneh... setidaknya, begitulah yang seharusnya.
"Di... d-di situ.."
"Di sini?"
"Ah... lebih... lembut, tolong."
"Aku... minta maaf."
Sekali lagi, aku merasa kebingungan, bagaimana bisa aku melakukan sesuatu seperti ini dengan adikku? Apalagi di tempat semacam ini.
"Ah... nn..."
"Bagaimana dengan yang ini?"
"Hngh... Kou-chan, rasanya... enak..."
Karena kebingunganku mencapai puncaknya, aku mencabut tali listrik dari soket dan dengan kasar melemparkan mesin pijat itu ke lantai.
"Hei! Kou-chan, apa yang terjadi?"
"Maaf... tanganku tergelincir."
Untungnya, mesin pijat yang aku lemparkan masuk dengan sempurna ke bantal di lantai, jadi tidak ada kerusakan padanya.
Kururi menyalakan televisi sambil berkata, "Haah, kukira apa... aku benar-benar kaget tadi."
Di layar, ada aktris yang tidak aku kenal dan aktor tengah umur yang sedang berbicara di suatu tempat yang mirip dengan ruang tamu.
Aktrisnya sangat cantik, tetapi aktingnya sangat buruk dan kaku.
Aku tidak terlalu sering menonton televisi akhir-akhir ini, jadi sepertinya ada wajah-wajah baru yang muncul...
Saat aku memikirkan hal itu dan terus menonton, tiba-tiba sang pria melepaskan celana dan pakaian dalamnya.
"Uwaa, apa ini!"
Pria itu menempelkan sesuatu yang di-pixelasi ke pipi aktris. Lalu setelahnya, tampak bahwa aktris itu menelan satu 'barang' yang di-pixelasi tersebut.
Apa yang terjadi dengan acara ini...!? Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi, dan aku hanya bisa duduk terpaku dengan mulut terbuka.
Lalu setelahnya, pria itu mengeluarkan sesuatu yang sama persis dengan mesin pijat yang kami gunakan sebelumnya, dan mengarahkannya ke bagian bawah aktris itu.
Barulah saat itu aku menyadari bahwa aku benar-benar sedang menonton film dewasa, dan mesin pijat yang digunakan tadi bukanlah mesin pijat yang sebagai mana mestinya.
Meskipun seharusnya aku segera menyadari ini jika aku berpikir dengan jernih, tapi karena persaan yang campur aduk, aku malah merasa ini adalah acara TV biasa dan meminum cola dengan percaya diri.
Aku melihat Kururi yang tertawa terbahak-bahak.
"Aku tidak tahu tentang film dewasa karena aku tidak pernah menontonnya..."
Tentu saja, ada banyak konten yang tidak memiliki batasan usia yang tetap sangat eksplisit. Itu tidak menjadi masalah bagiku.
"Lebih pentingnya, Kururi, kau... tahu bahwa ini adalah film dewasa, bukan...?"
"Hehe... karena hotel cinta sering muncul di manga dan anime biasa, meskipun aku belum pernah ke sana, aku tahu beberapa hal tentang itu. Tapi aku benar-benar tidak tahu kalau mereka benar-benar menayangkan film dewasa!"
Kururi mengoperasikan remote dan mengganti saluran televisi. Layar segera menampilkan mosaik dan tubuh telanjang. Ini adalah film dewasa lagi.
Apa yang terjadi dengan desain acara televisi yang begitu vulgar ini?
[Oh, Onii-chan! Aku akan... mencapai klimaks!]
"..."
Aku hanya bisa terdiam.
Bahkan pornografi saja sudah lebih dari cukup untuk membuatku canggung, tapi ini adalah genre terburuk yang pernah kulihat.
Menonton film dewasa incest dengan adik perempuan adalah sesuatu yang sangat tidak pantas dan seperti hukuman dalam bentuknya.
Terlebih lagi, adikku yang penuh rasa ingin tahu memegang bantal dan menatap layar dengan penuh perhatian.
Pipinya memerah, kepalan tangannya bergetar dan napasnya juga tersenggal-senggal,
"Kururi, segera matikan ini."
"Tunggu, ini... nama karakter ini, dan dialognya juga..."
"Matikan sekarang juga..."
"Ini! Aku tahu! Ini adalah AV yang diadaptasi dari manga yang digambar oleh Mama! Ini sungguh mengejutkan!"
"Aku lebih terkejut bahwa sesuatu seperti ini ada dalam eksistensi!"
"Ini bisa disebut sebagai keajaiban. Ayo kita menontonnya!"
"Aku tidak membutuhkan keajaiban yang kotor seperti ini. Kita tidak boleh menontonnya. Cepat Matikan!"
Tetapi upaya penolakanku tidak berhasil, dan Kururi masih menatap layar dengan antusias.
"Uhh lihatlah, karakter pria di sini benar-benar tidak mirip. Apa mereka tidak punya banyak aktor pria...?"
"Jangan terlalu serius, lagipula untuk apa me-review tontonan kotor seperti ini..!"
Tiba-tiba, aktris dalam film itu mulai berbicara dengan sangat kaku.
[Oh, jika saja aku dan... Onii-chan tidak memiliki hubungan darah, itu akan lebih baik...]
[Jika begitu, kita bisa menikah...]
[Menurut mitologi Jepang, Izanagi dan Izanami adalah saudara kandung yang menikah, jadi bahkan tuhan tidak melarang kita untuk saling mencintai...]
Aku merasa marah mendengar dialog kaku yang diucapkan oleh aktor laki-laki itu.
Siapa yang bisa memikirkan dialog seburuk ini...!
Saat aku mencari tahu siapa yang bisa membuat dialog seperti itu, aku tiba-tiba menyadari bahwa pelakunya mungkin adalah ibuku sendiri.
Aku merebut remote dari tangan Kururi dan akhirnya berhasil mengembalikan layar menjadi gelap.
"Ayo tidur."
"Baiklah... hmm, kasurnya besar jadi kita bisa tidur bersama-sama dengan nyaman!"
Apakah saudara yang normal akan tidur bersama di tempat seperti Love Hotel?
Pertanyaan semacam itu muncul sejenak di benakku, tetapi situasi ini sudah jauh dari keadaan normal, dan sepertinya lebih baik tidur di lantai atau sofa untuk menjaga jarak yang tak seharusnya ada.
Jadi, aku merangkak ke ujung paling jauh dari tempat tidur dengan diam.
Apa aku yang aneh? Sebelumnya, aku sama sekali tidak merasa apa-apa ketika kami bergandengan tangan atau saat dia mendekapku, bahkan saat dia menjilat ketika ada es krim yang terjatuh di wajahku, aku tak merasa apa-apa.
Tapi sekarang, aku sudah merasa aneh hanya karena tidur di ujung tempat tidur yang luas seperti ini.
Namun, jika aku merenungkannya lebih dalam, aku akhirnya menyadari bahwa perasaan saat ini lebih normal daripada sebelumnya.
Aku merasa seperti seorang penderita kelainan. Kepalaku mulai sakit, dan aku mencoba memadamkan pikiranku untuk tidur.
*Kururi dan Kakak*
Aku tidak bisa tidur.
Kou-chan adalah tipe yang sangat menyukai pagi, jadi dia tidur dengan cepat dan sangat energetik di pagi hari.
Untukku, itu sebaliknya. Aku adalah tipe yang lebih suka malam dan begitu senang begadang. Terutama hari ini, konsernya sangat menyenangkan, dan setelahnya kami juga bersenang-senang, jadi aku merasa terlalu tergugah untuk tidur.
Aku berbaring di kegelapan yang samar-samar dan terus menatap wajah tidur Kou-chan.
Dia benar-benar tidak mirip denganku.
Sejak kecil, orang sering mengatakan bahwa aku tidak mirip dengan siapa pun dalam keluarga ini.
Kou-chan jelas mirip dengan Mama. Yotsuba mirip dengan keduanya.
Sedangkan aku, satu-satunya yang tidak mirip dengan siapa pun dalam keluarga ini. Sejauh ini, bahkan tidak ada yang mengatakan bahwa aku mirip dengan keluarga ini.
Beberapa kali saat aku masih kecil, ada orang yang sangat tidak sensitif yang berkata bahwa mungkin aku adalah anak angkat dan bukan saudara kandung.
Saat itu, aku menangis dan diam-diam bertanya kepada Mama. Dia tersenyum dan memberi tahu bahwa ada satu foto yang sedikit mirip dengan Papa, sehingga aku sangat bahagia, yang membuat hal itu hampir seperti sebuah kenangan berharga.
Aku juga diingatkan bahwa aku mirip dengan buyut laki-laki dari pihak ayahku, dan aku dihibur.
Meski demikian, sejak saat itu, tetap saja aku seringkali dibilang tidak mirip dengan siapa pun oleh banyak orang walaupun mereka tidak punya maksud buruk.
Sejak saat itu, aku mulai merasa semakin asing di antara keluargaku. Terlepas dari seberapa dekatnya aku dengan mereka, aku selalu merasa seperti orang asing. Namun, aku memiliki dorongan kuat untuk tetap menjadi bagian dari keluarga yang sangat aku cintai ini.
Papa dan Mama selalu baik dan penuh kasih, tapi sejak kecil, aku merasa bahwa mereka memiliki hubungan sebagai suami istri, sebagai orang dewasa, yang hanya mereka berdua yang bisa pahami.
Yotsuba sangat lucu dan aku sangat mencintainya, tapi karena perbedaan usia kami, aku melihatnya sebagai sosok yang harus aku lindungi.
Jadi, selama ini, orang yang paling kusayangi dan yang paling dekat denganku adalah Kou-chan.
Saat aku merasa kesepian dan marah, aku sering melakukan hal-hal yang merepotkannya untuk mencoba menarik perhatiannya.
Dia terus menerima semua keluhan dan permintaanku, dan membuatku selalu merasa bahwa aku adalah bagian dari keluarga ini.
Hari ini pun, agar aku tidak sakit, aku sangat senang Kou-chan bersedia menginap di Hotel ini bersamaku.
Kou-chan yang sangat serius akan selalu melanggar hukum atau etika demi keluarganya. Tidak diragukan lagi, satu-satunya gadis yang bisa masuk ke Love Hotel bersama Kou-chan adalah aku.
Jika orangtuaku adalah orang yang dingin dan kakakku bukanlah Kou-chan, aku mungkin akan merasa lebih sendirian dalam keluarga ini. Karena itulah, aku sangat bergantung pada Kou-chan.
Aku merangkak mendekati Kou-chan yang sedang tidur, kemudian aku mendekapnya erat.
Bagiku, Kou-chan adalah saudara kandung laki-laki, bukan lawan jenis.
Itulah sebabnya, aku tidak merasakan perasaan aneh seperti yang biasanya dialami ketika dekat dengan lawan jenis.
Aku merasa begitu aman dan nyaman meskipun tubuh kami saling mendekat.
Tiba-tiba, aku teringat adegan dalam film dewasa yang baru saja kami tonton.
'Kakakku... Seandainya kita tidak memiliki hubungan darah...'
Aku tidak pernah berpikir seperti itu. Bagiku, kebanggaan terbesarku adalah memiliki hubungan darah dengan Kou-chan, dan menjadi anggota keluarga yang paling dekat sejak lahir adalah sebuah hak istimewa yang tidak bisa dibeli bahkan dengan sejumlah uang yang besar.
Hal itulah yang selalu ada dalam pikiranku...
Komentar